Adalah seorang sahabat,bernama Sa’labah bin Hatib Al-Anshori. Beliau
hidupnya miskin, tetapi kemiskinannya sama sekali tidak mengurangi kekuatan
ibadahnya, sholatnya pun, selalu berjama’ah. Dimana ada rosul sholat menjadi
iman, disitu Sa’labah bermakmum. Hanya saja Sa’labah ini aneh, tiap selesei
sholat, langsung pulang, tidak wirid, tidak zikir, tidak do’a. Jadi kalau
sahabat-sahabat yang lain, selesei sholat, Allohumma Antassalam, Sa’labah ini
malah, Allahumma Lantasjalan.
Begitu setiap sholat, sampai suatu saat beliau ditegur oleh baginda rasul,
Sa’labah... Labbaika ya rasul... kamu ini macam orang munafik saja. Gak betah
kamu dimasjid? Atau tidak pentingkah do’a dan wirid itu menurut kamu tiap
selesei sholat pulang, salam, pulang. Kenapa begitu Sa’labah..??
Ma’afkan saya ya rosul.. kenapa?? Saya bukan tidak
menganggap do’a dan wirid itu tidak penting, lalu..., bukan juga tidak betah di
masjid, kemudian... kenapa kamu terus pulang begitu?
Saya ini, keluarga miskin ya rosul, kain satupun berdua
dengan istri saya, ketika saya sholat di masjid sini, istri saya dirumah nunggu
giliran sholat dari sarung yang sedang saya pakai ini, kalau saya pakai wirid
dan zikir, istri saya tidak kebagian waktu sholat. Begitulah... iya... o...
Lalu bagaimana Sa’labah...? Begini saja ya rosul. Tuan
kan rosul? Iya, kenapa emang? Wong rosul itu kan do’anya jarang meleset, maksud
kamu? Tolonglah do’akan saya kepada Allah agar saya jadi orang kaya. Kalau saya
kaya, sarung punya sendiri, istri punya sarung sendiri, tenanglah saya beribadah.
Rasulullah senyum, kemudian bilang, Sa’labah...? Saya ya
rosul... kamu kan orang islam... iya... bagi orang islam, contoh yang paling
utama itu siapa?.... ya tuan ya rosul... kau liat saya kaya?... tidak.. lalu
kenapa kamu mau minta kaya?? Begitu ya... iya... sudah pulang saja... pulang
lah Sa’labah.
Esoknya, ketamu lagi dengan rosul, gimana Sa’labah??...
sudahlah rosul, do’akan saja supaya saya jadi orang kaya... Sa’labah..? Saya ya
rosul... Sedikit engkau syukuri,itu jauh lebih baik dari pada banyak tapi kau
tidak kuat mengembannya.. sudah pulang saja... baik ya rosul...
Hari ke 3 kemudian bertemu lagi dengan baginda rasul,
kali ini sudah dengan tekad yang bulat, bagaimana Sa’labah?? Sudah ya rosul...
sudah bagaimana?? Sudah saya pikir... lalu... iya sih syukur-syukur tapi kalau
sarung satu dipakai berdua sulit juga syukurnya, sudah lah do’akan saja kepada
Allah agar saya jadi orang kaya, kalau saya kaya, saya akan sedekah, saya akan
sholat berjama’ah, setiap orang kan saya berikan haknya,, pokoknyabereslah..
kalau saya jadi kaya nanti...
Begitu permintaan Sa’labah... didesak sedemikian rupa,
akhirnya baginda rasul mengangkat kedua belah tangan, mendo’akan Sa’labah...
AllohummaRozuq Sa’labah... ya Allah, beriakn rezki kepada Sa’labah. Oleh
baginda rosul, Sa’labah dihadiahkan seekor kambing betina yang sedang hamil,
Peliharalah kambing ini Sa’labah... mudah-mudahan membawa berkah bagi kamu...
Dipeliharalah kambing ini oleh Sa’labah sampai melahirkan
dua ekor sekaligus... 1 menjadi 3, 3 menjadi 5, 5 menjadi 7, makin hari
kambingnya makin berkembang biak. Ketika kambing banyak berkembang biak,
Sa’labah mulai kesibukan.. datang sholatnya pun mulai terlambat, tadinya
sebelum waktu sudah menunggu di masjid sekarang imam sudah qomat baru dia
datang, lama-lama sholat 5 waktu pun tidak kelihatan jum’at saja di masjid,
itupun kalau khatib sudah naik mimbar. Terakhir jum’at pun tidak kelihatan
juga... orang tanya, kemana Sa’labah?
Sibuk, keluar kota, ngembala kambing, yawayla Sa’labah...
sayang sekali, celaka Sa’labah... Sampai ketika turun kewajiban membayar zakat,
alih-alih Sa’labah tidak mau mengeluarkan zakatnya. Sampai di zaman Utsman bin
Affan, Sa’labah mengalami kebinasaan dan bangkrut kembali dengan seluruh
hartanya.
(Dikutip
dari ceramah Al-Mukarrom KH Zainuddin MZ – Istiqomah)